Dan yang Manis Pun Kian Terasa Hambar
Halo, selamat malam!
The thing just like this, tiba-tiba teringat pengalaman
beberapa hari yang lalu. Malam dimana saya merasa diri saya ini sangat-sangat
menyedihkan. Benar-benar manusia yang ga berharga. Malam dimana pertanyaan yang
selama ini saya anggap musnah muncul lagi ke permukaan.
Malam itu, sekitar jam 11 malam saya baru saja berhasil
menempuh perjalanan kurang lebih 45 kilometer dengan kereta seorang diri tanpa
persiapan sama sekali. 45km bukan hal yang waw sebenarnya, mengingat
depok-bandung jauh lebih panjang dan jelas saya lalui sendiri dengan travel,
bahkan tiba jam 12 malam pun pernah saya lalui, sendiri. Selain itu jam 11
malam pun bukan hal yang malam, mengingat ada banyak hari yang saya lalui
ketika tiba di rumah jam 12 malam atau bahkan lebih, tapi dalam kasus tersebut
syukurnya saya masih memiliki teman-teman yang bertanggung jawab dan cukup
mengasihani saya.
Sebenarnya semua harusnya baik-baik saja. Ada laki-laki
berjanji di awal kemudian dengan alasan ini itu hingga akhirnya disitulah saya,
turun dari mobil kemudian menelusuri jalan entah berapa meter dan akhirnya
bertanya dengan pengguna jalan lainnya karena saya mulai ragu apakah jalan yang
saya tempuh benar-benar ke stasiun, iya, lumayan jauh untuk pejalan kaki. Baik-baik
saja. Itu semua baik-baik saja. Saya tidak masalah untuk jalan dan pulang
sendiri, walaupun biasanya saya akan menaruh motor di stasiun tempat tujuan
jadi tidak merepotkan beberapa pihak, dan kali ini benar-beanr semua tanpa
persiapan. Baik. Itu semua masih bisa saya terima.
Hanya saja kemudian muncul perasaan sedih ketika lagi dan
lagi ada manusia di bumi ini yang menganggap bahwa saya ini tidak berarti. Manusia
yang secara tidak langsung mengatakan bahwa saya ini tidak patut untuk
diperhatikan. Dan manusia yang secara tidak langsung membuat saya berpikir
bahwa saya adalah manusia yang benar-benar menyedihkan. Kedengarannya lebai ya?
Jelas. Saya juga ga mau menjadikan ini hal rumit dan semengenaskan seperti ini.
Ini adalah salah satu masalah yang saya pernah anggap musnah
dan ankhirnya terpaksa harus muncul kembali.
apa yang salah dengan saya sehingga orang lain dengan mudahnya
menganggap apa yang terjadi dengan saya bukanlah hal yang penting? Harus bagaimana
dan menjadi apa agar orang lain melihat saya?
Teman, saya selalu ada dimasa dimana orang lain akan
memprioritaskan lainnya dibanding saya, meski saya sedang sangat genting. Baik,
semua itu baik. Saya berusah menerima selama ini. Mengalah. Berfikir bahwa apa
yang saya lakukan akan pula dilakukan orang lain kepada saya, suatu hari nanti.
Namun sayang, hidup tidak seindah itu. Saya yang biasa mengalah akan diminta
terus mengalah.
Lalu saya mulai berasumsi penyebabnya. Mungkin karna saya
kurang cantik, hahaha bukan kurang bahkan tidak. Atau mungkin karna saya tidak
menarik. Atau mungkin karena saya tidak kaya. Atau mungkin karna saya tidak populer.
Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang benar-benar membuat saya gila. Pikiran-pikiran
seperti “kalo gue cantik, pasti langsung dianterin sampe rumah tanpa alasan ini
itu”.
Bodohnya malam itu, karena membenarkan asumsi tersebut, ada
beberapa air mata penghianat yang akhirnya muncul. Air mata bodoh yang membuat
saya semakin terlihat menyedihkan dan mengenaskan.
Tapi saya tetap harus bertahan, bukan? Saya harus membantu
otak saya berfikir bahwa semua akan baik-baik saja. Misalnya, orang tersebut
melakukan hal ini kepada saya dan tidak kepada perempuan lainnya karena…..mungkin
karena hanya saya yang sanggup, hanya saya yang tangguh, hanya saya yang bisa
menerima untuk diperlakukan seperti itu. Saya salah satu dari sedikit perempuan
yang akan baik-baik saja meski keadaan sedang genting. Saya salah satu dari
sedikit perempuan yang bisa mengurus permasalahan sendiri disaat yang lain
tidak peduli. Dan karna saya, hanya karna itu saya. Saya…perempuan hebat.
Benar. Otak saya saat ini masih berusaha memanipulasi
kenyataan bahwa saya menyedihkan. Jadi saya akan mengatakan bahwa saya
baik-baik saja.
Comments
Post a Comment