Terima Jasa Mendengarkan Gratis

Ada beberapa hal dalam hidup yang memang hakikatnya berat untuk orang lain, namun ringan di genggaman orang lain. Begitu bukan takdir? Sampai akhirnya kita membutuhkan orang lain untuk meringankan beban yang terasa berat tersebut. Balance. Ga harus pasangan, bisa jadi sahabat, orang tua, atau sanak saudara. Dan kamu juga pasti sadar banget, kalau mereka benar-benar berarti.

Ada masanya kita akan jatuh tersungkur dan lemah antah berantah. Ga tau apa yang harus dilakuin, ada rasa menyerah, mau mundur. Dan seolah-olah semesta ini mendukung kita untuk menyerah. Entah satu persatu orang-orang yang biasanya ada di sekitar kita pergi atau memang situasi lingkungan yang memang tidak memungkinkan.

Semakin bertambahnya umur ini, hari demi hari, saya ngerasa semakin banyak hal yang harus dipikirkan. Ada banyak hal yang seharusnya kita lakukan dari jauh hari, ada yang semestinya ga kita lakukan da nada banyak seharusnya dan semestinya yang yah ternyata banyak kita lewatkan. Dan pikiran-pikiran yang mengganggu ini hanya bisa dipecahkan oleh waktu. Bener, nunggu takdir terpecahkan.

Kita ga tau kan takdir kita ini seperti apa. Nantinya kita akan menjadi apa, jodoh kita siapa dan rahasia-rahasia yang bener-bener kita ga tau akan bagaimana sampai waktunya tiba.

Suatu hari saya berdiskusi dengan teman baik saya sewaktu SMA, laki-laki hebat menurut saya tapi masih pengecut. Salah satu sahabat terbaik yang masih bersedia dengerin curhatan saya yang tiba-tiba, entah tentang orang yang sama atau tentang hal lainnya. Suatu ketika kita membahas tentang takdir. Karena suatu waktu itu saya merasa sangat terpuruk dengan apa yang sudah lakukan dimasa lalu, iya yang itu. Rasa penyesalan yang suka mampir hilir mudik sampai sekarang. Kemudian saya tanya, kalo memang semua takdir tuhan, lantas apa yang saya lakukan berarti memang sudah rencana tuhan? Jadi buat apa lagi kita berusaha untuk memperbaiki sesuatu jika nyatanya semua memang sudah ditetapkan tuhan, bahwa saya akan melakukan hal ini kemudian ini dan kemudian itu.

Dan dia bilang, takdir itu misteri. Kita ga akan tau mana takdir kita sampai kita berada di akhir hidup kita. Makanya kita perlu berusaha. Dan yap, bener bukan? Ini pelajaran sulit menurut saya. Tapi tetep yang paling sulit adalah pelajaran ikhlas. Dan itu mungkin akan saya bahas lain kali.
Ketika kita akhirnya mengeluarkan pikiran-pikiran yang sulit terpecahkan oleh diri sendiri kepada orang lain, sedikit kemungkinan kita akan menemukan jawaban. Merasa nasihat yang berikan adalah suatu akhir dari permasalahan. Nyatanya, ga sama sekali. Apa yang dia omongin sebenarnya sudah ada di otak kita. Tapi kenapa kita masih suka untuk bercerita dengan orang tentang permasalahan yang kita hadapi?

Faktanya, kita ga bisa tuh yang namanya hidup sendiri. Iya bener, kita bisa sebenernya menyelesaikan masalah yang terjadi. Tapi kita butuh pegangan, hmm merasa di pedulikan. Rasa peduli itu bener-bener berdampak banget bagi hidup saya, ga tau kalo kamu. Menurut saya, simple aja, ketika ada yang mendengar dan menanggapi cerita saya, itu merupakan satu dari sekian hal yang mengharukan. Pathetic ya? Terdengar saya ga punya temen banyak yang bisa dijadikan cerita sampai ada yang dengerin aja pake terharu segala.

Tapi nyatanya emang begitu. Ga banyak orang-orang yang bisa kita jadikan tempat cerita. Mungkin, ada yang pernah punya orang yang jadi tempat cerita, tapi karna satu dan lain hal terpaksa harus pergi. Dan akhirnya harus memulai pengenalan lagi dengan orang baru sampai akhirnya menemukan celah bahwa dia benar-benar dapat dipercaya.

Lucunya, ga jarang biasanya yang kita dapet adalah cacian. Tapi itu jauh lebih baik dibanding mendem semua yang ada di kepala. Lega. Ga menyelesaikan masalah, tapi plong.
Dan sayangnya, ada beberapa orang yang sulit untuk terbuka. Akhirnya yang terjadi adalah, emosi yang ga kekontrol. Terlalu banyak yang dipendam, ngerasa ga ada orang yang bisa dibagi bebannya. Atau bisa jadi “masa bodo”.

Sebenernya bukan ga ada yang bisa dijadikan tempat cerita, tapi pribadi kamu yang sudah terlanjur menutup aksesnya. Atau pemikiran yang jelimet seperti “ah elah, paling gitu doang jawabannya. Ga menjawab”. Dulu saya sering complain sama doi karena kalo curhat pasti responnya sama sekali ga menjawab atau bahkan ga nyambung. Akhirnya kesel, abis kesel yaudah aja lupa. Ga menyelesaikankan? Karna pada dasarnya kita memang harus menyelesaikan sendiri. Dan pendapat orang hanya sebagai ilmu pengetahuan.

Tapi semua itu keren loh, percaya deh. Perasaan ada orang yang nemenin disisi kita itu jauh lebih menyenangkan, hepi.

Setidaknya respon mereka akan ada yang menggelitik sehingga kita merasa beban kita sedikit lebih ringan. Atau kita akan sadar bahwa masalah mereka pun jauh lebih berat dibanding yang kita rasa.

Dan saya siap jadi pendengar kamu, iya kamu.

Comments

Popular Posts