Selamat Memelihara Kebodohan
saya baru sadar. hidup begitu
"semasing-masing" ini. ngerasa asing dengan apa yang terjadi
sekarang. ngerasa apa yang sedang saya lalui bukan apa yang saya harapkan sejak
dulu. ngerasa apa yang saya bayangkan sejak dulu, fuuuhh terbang begitu aja.
tapi lagi dan lagi bayangan akan masa depan masih tentang hal yang lalu. ada
apa ya? bagian mana yang salah? dasar bodoh.
Malam.
Disini hujan.
Dan seketika saya melihat suatu kalimat yang membuat saya menerawang jauh tentang yang lalu dan yang akan datang.
Heran. Saya ga sadar sejak kapan sesuatu di dalam diri saya menjadi sangat batu dan membuat saya sangat-sangat bodoh. Bukan, bukan itu yang mau saya bahas. Setelah sekian lama mengalami kegabutan dan akhirnya merasakan lagi kurangnya sehari 24 jam, yang ada dipikiran saya berubah menjadi "seberapa besar nilai diri saya?".
Berada di tengah-tengah lingkungan yang biasa terkadang membuat saya terlena untuk selalu nyaman dengan zona ini. Padahal kalo ada waktu kosong, saya membayangkan hal-hal hebat yang bisa saya lakukan di masa depan. Ga sih, biasa aja, ga hebat banget, cuman terbayang keren aja kalo sampai terjadi. Tapi bener sih, apa ya, atau semahal apa ya nilai diri saya? Dan apa acuan penilaian itu? Bagaimana cara orang menilai hal tersebut?
Suatu ketika, saya membayangkan saya menjadi perempuan yang cerdas, mampu berkomunikasi mengenai hal ini dan itu, dan kemudian terfikir, apakah itu yang membuat perempuan bernilai mahal? kemudian saya berkaca lagi pada hal lain, perempuan yang suka dengan seni, entah itu bernyanyi, membuat karya, atau berias diri. dan apa itu yang membuat mereka mahal harganya? kemudian saya berfikir lagi, atau perpaduan antara keduanya? saya diam.
untuk menjadi ke duanya jelas saya tidak mahir. bisa, namun sekedar tau. dulu, dulu sekali. saya pernah berusaha menjadi orang lain untuk mendapat nilai di mata seseorang. berusaha menyukai dan sangat menyukai sesuatu hal yang sebenarnya saya tidak suka hanya karna seseorang tersebut menyukai hal serupa. nyatanya, tidak mudah. sulit sekali mengikuti apa yang kita pikir orang lain suka. karena setelah sampai di titik ini, saya akhirnya mengerti. apa yang kita pikir orang lain suka adalah hal-hal yang sebenarnya tidak ada pada diri kita. saya merasa saya ga ada apa-apanya. ga bernilai untuk seorang perempuan dimata seseorang, karena nyatanya saya memang tidak memiliki apa yang dia tertariki. padahal belum tentu seseorang itu menilai saya dengan hal serupa.
dan suatu ketika saya berfikir untuk membuat diri saya bernilai hingga akhirnya membuatnya tertarik. bukan mencari tau apa yang dia tertariki kemudian mengikuti agar dinilai. berat memang. bahkan berat lagi jika apa yang kita tekuni berbeda bidang dengan apa yang orang lain sukai. hahahah, cape ya mikirin apa yang orang lain suka sementara apa yang kita suka ga sejalur dengan hal itu. mending ga usah dipikirin ya? iya bener banget, tapi susah. jadi meminimalisir aja kalo nyatanya sulit untuk ga memikirkan.
dan hari ini, malam ini, saya rasa-rasanya kecewa sama diri saya sendiri. ngerasa bodoh banget untuk hal-hal yang telah saya lakukan. rasanya mau maki-maki diri sendiri. bahkan nangis pun rasanya udah bosen. airnya udah ga keluar. sejenis "ya elah". rasanya mau berubah menjadi lebih baik dan bener-bener lupa dengan hal-hal bodoh yang pernah saya lakuin. bener-bener buang-buang waktu. tapi herannya, disela waktu luang, bahkan waktu-waktu lelah yang harusnya saya pakai untuk istirahat, otak saya masih sanggup mikirin hal-hal bodoh yang seharusnya dihentikan. benar-benar batu.
dan lagi, tanpa kesimpulan lagi.
saya masih mencoba meluruskan keruwetan di kepala saya.
mencoba menyambungkan hal-hal yang terputus dan melepaskan hal-hal yang seharusnya dibuang.
selamat malam.
selamat mencoba, setidaknya untuk menjadi baik.
Comments
Post a Comment