Teruntukmu, yang akan segera berlalu
Sampailah saya pada malam menjelang penghujung acara.
Kalau lagi mode begini, ga kerasa kalau saya sudah menghabiskan hampir 3 tahun waktu untuk mengejar pendidikan diploma. Terombang ambing merasa janggal dengan membandingkan teman teman lain yang sarjana.
Hampir 3 tahun, dan sekarang waktu saya untuk memperjuangkan tingkat akhir dengan segala beban dan kejenuhan. Perjalanan pendidikan saya di kuliah ini ga mulus, semester pertama beradaptasi, semester ke2 ke3 ke4 ke5 isinya.....patah hati. Saya juga ga paham dimana nikmatnya patah hati sampai bisa berlarut larut begitu.
Tapi yang jelas, saya pernah ada dimasa dimana saya adalah mahasiswa paling pertama datang. Masih jatuh cinta, pagi hari masih bisa mendengarkan suara suara yang bisa berpengaruh terhadap mood baik satu hari itu. Semester 1. Cukup. Kandas sudah cerita itu
Sampai akhirnya lelah dengan hal-hal yang sulit sekali saya lupakan dan berpengaruh pada indeks prestasi. Iya, sebegitu berpengaruhnya org yang pernah hadir di hidup saya. Terpuruk disuatu hal yang saya pun bingung harus berbagi dengan siapa. Tentang keluarga, terutama.
Sampai akhirnya saya bertahan di sini. Duduk di bangku kuliah dengan segala penat dan ketidakpahaman dengan apa yang ingin saya tuju. Bertahan sampai sekarang. Dari saya masih merasakan jatuh cinta kemudian hilang arah dan kini masih dalam pencarian jalan yang benar.
Teruntuk teman teman sekelasku.
Terima kasih pernah menjadi saksi bagaimana sulitnya saya untuk melupakan seorang manusia.
Terima kasih pernah menjadi saksi kebodohan saya untuk tetap berharap pada seorang manusia.
Terima kasih sudah mengingatkan saya untuk berhenti.
Selamat berjuang dititik akhir perjalanan dan memulai dititik awal perjuangan. Sesulit apapun tantangan di depan, sejenuh apapun hal hal yang sedang kita lalui, jangan sampai menyerah. Sungguh, berharap pada manusia yang tidak sama sekali melihatmu jauh lebih melelahkan dibanding memperjuangkan sidang.
Tertanda,
Saya yang masih harus berjuang melawan kejenuhan mengerjakan tugas akhir.
Kalau lagi mode begini, ga kerasa kalau saya sudah menghabiskan hampir 3 tahun waktu untuk mengejar pendidikan diploma. Terombang ambing merasa janggal dengan membandingkan teman teman lain yang sarjana.
Hampir 3 tahun, dan sekarang waktu saya untuk memperjuangkan tingkat akhir dengan segala beban dan kejenuhan. Perjalanan pendidikan saya di kuliah ini ga mulus, semester pertama beradaptasi, semester ke2 ke3 ke4 ke5 isinya.....patah hati. Saya juga ga paham dimana nikmatnya patah hati sampai bisa berlarut larut begitu.
Tapi yang jelas, saya pernah ada dimasa dimana saya adalah mahasiswa paling pertama datang. Masih jatuh cinta, pagi hari masih bisa mendengarkan suara suara yang bisa berpengaruh terhadap mood baik satu hari itu. Semester 1. Cukup. Kandas sudah cerita itu
Sampai akhirnya lelah dengan hal-hal yang sulit sekali saya lupakan dan berpengaruh pada indeks prestasi. Iya, sebegitu berpengaruhnya org yang pernah hadir di hidup saya. Terpuruk disuatu hal yang saya pun bingung harus berbagi dengan siapa. Tentang keluarga, terutama.
Sampai akhirnya saya bertahan di sini. Duduk di bangku kuliah dengan segala penat dan ketidakpahaman dengan apa yang ingin saya tuju. Bertahan sampai sekarang. Dari saya masih merasakan jatuh cinta kemudian hilang arah dan kini masih dalam pencarian jalan yang benar.
Teruntuk teman teman sekelasku.
Terima kasih pernah menjadi saksi bagaimana sulitnya saya untuk melupakan seorang manusia.
Terima kasih pernah menjadi saksi kebodohan saya untuk tetap berharap pada seorang manusia.
Terima kasih sudah mengingatkan saya untuk berhenti.
Selamat berjuang dititik akhir perjalanan dan memulai dititik awal perjuangan. Sesulit apapun tantangan di depan, sejenuh apapun hal hal yang sedang kita lalui, jangan sampai menyerah. Sungguh, berharap pada manusia yang tidak sama sekali melihatmu jauh lebih melelahkan dibanding memperjuangkan sidang.
Tertanda,
Saya yang masih harus berjuang melawan kejenuhan mengerjakan tugas akhir.
Comments
Post a Comment