Pembelajaran terakhir sebelum akhirnya terbang

Pembelajaran
Terakhir
Sebelum
Akhirnya
Terbang.

Tau rasanya menyayangi sampai menduakan dirimu sendiri?

Pada akhirnya, ini adalah pembelajaran terakhir. Materi akhir yang harus aku dalami lagi. Memberi lebih dari yang ku sanggupi, berharap bahagia akan melingkupi. Namun pada nyatanya, hanya sebatas pesan yang tak berbalas.

Tau rasanya?
Ketika upayamu membuatnya bahagia, terkalahkan dengan manusia lain yang bermodalkan kata dan sangat dia puja? Jangan sebut tentang jarak, waktu dan uang yang kau habiskan. Setidaknya sebuah balasan yang seharusnya layak kau dapatkan lebih dari sang pemberi kata. Tapi itulah jatuh cinta. Yang kau puja akan menjadi idola, yang berusaha sekuat tenaga akan menjadi biasa.

Pembelajaran terakhir ini tentang mengikhlaskan.
Mengikhlaskan apa apa yang kau dambakan berpergian membawa semua harapan. Mari merakit ulang mimpi. Menelusuri jalan jalan berbatu dengan tujuan yang baru.

Sebelum ini,
Aku pernah memberi.
Menyisihkan yang seharusnya dapat kunikmati.
Mengingat manusia yang justru tak membalas dengan arti.

Tau rasanya?
Berharap manusia di ujung sana bahagia, namun nyatanya hanya sekedar praduga.
Jemarinya terlalu kaku untuk sekedar membalas kesungguhanmu. Tapi begitu lihai merangkai untuk dia yang lalu.

Terima kasih.
Selamat ulang tahun.

Beberapa kata yang kadang kuharap menjadi luapan kebahagiaanmu, balasan atas semua usahaku.
Namun nyatanya harus berakhir menjadi yang terpait untuk kenanganku.

Sementara disudut ruang sana,
Rangkai katamu menguar begitu hebat tentang doa dan harap untuknya. Untaian terima kasih berjejer indah dengan beberapa kata lainnya untuk mereka, yang bukan aku.

Sebesar apa salahku?
Semahal itu kalimatmu?
Nyatanya segala upayaku tetap tidak mampu membeli untaianmu.

Terima kasih sudah mengajarkanku berdiri kokoh di tempat yang sama selama bertahun tahun.
Terima kasih pula sudah menyadarkanku bahwa yang kulakukan sia sia.
Biar pahitnya yang ku kenang menjadi kunci kebahagiaanmu.
Aku Pamit.