Berotasi dan Berevolusi dalam Semesta

Semestaku yang bukan lagi tentang kamu

Rotasi dan Revolusi.
Dalam teori, bumi berotasi, berputar pada porosnya.
Bumi pun berevolusi, berputar mengelilingi matahari.
Tapi siapa yang bisa memastikan bahwa memang benar bumi yang mengitari matahari dan bukan sebaliknya, matahari yang mengelilingi bumi? Keduanya berputar bersamaan, bukan?

Seperti halnya semestaku.
Entah aku yang akhirnya berhenti mengitarimu atau kamu yang berhenti mengitariku.
Satu yang pasti adalah, ada bintang lain yang akhirnya menjadi semestamu.
Arah rotasi yang tidak lagi sama membuatmu keluar dari semestaku.
Seperti arah perjalanan Pluto yang membuatnya terlempar dari sistem tata surya ini.

Aku rasa aku adalah bintang.
Bintang besar di semestaku, Matahari.
Boleh jadi ketika aku berada di titik terjauh dari posisimu, ada semesta lain yang mampu menjangkaumu.
Boleh jadi semesta barumu membuatmu lebih bersinar dibanding aku.
Boleh jadi semestamu kali ini memiliki bintang yang paling terang sejagat raya.
Dan boleh jadi, memang kamu sudah tidak ingin berada di semestaku.
Boleh jadi.
Boleh jadi.

Jadi, biarkan aku bertanya kali ini.
Bagaimana semesta barumu?
Terakhir kali aku berotasi selagi berevolusi, aku mencoba menilik dari titik terdekat dari jangkauanku.
Aku rasa menyenangkan, bukan?
Aku melihatmu memancar indah dengan arah yang menakjubkan.
Lalu, aku kembali bergegas menelusuri arah peredaranku.
Meski masih sanggup mengamati lebih lama, kali ini aku tidak mau.
Cukup, kataku.

Semestaku.

Semestaku kini banyak penghuni baru, kamu tahu?
Mereka yang keberadaannya dulu tidak pernah aku hiraukan karena revolusiku yang hanya dan selalu mengarah padamu, kini bermunculan satu persatu.
Iya. Revolusiku yang mengarah padamu, dulu.

Semestaku.

Kini aku mulai terbiasa untuk tersenyum membayangkan akan ada penghuni baru.
Planet baru yang manusia bilang bisa menjadi sumber kehidupan baru.
Atau penghuni lama yang manusia yakini bisa menjadi tempat untuk kembali hidup.
Menakjubkan.
Penghuni baru yang berotasi tapi juga berevolusi kepadaku seperti kamu, dulu.

Sambil memeluk dan mengatakan, "Gapapa, aku suka.", kataku.
Kalau boleh pesan, aku akan meminta yang sama manjanya dengan kamu. 
Tapi lain kali, aku akan minta Tuhan untuk mengingatkan manusia itu agar cuma aku yang tau.
Aku akan menjadi semesta baru untuknya.
Semesta yang akan dengan senang hati memeluknya selagi semesta lain berharap dipeluknya.
Semesta yang akan dengan sabar mendengarnya selagi semesta lain berbicara padanya.
Semesta yang akan dengan mudah untuk merengkuhnya selagi semesta lain berharap direngkuhnya.

Kamu harus tau.
Antar semesta tidak ada yang berlomba, mana yang paling atau mana yang sering.
Kini, kamu telah memiliki semesta barumu sepenuhnya.
Dan aku akan membawa semestaku menjauh dari arah rotasimu sejauhnya.

Meski aku ingin tetap menjadi semesta dengan kenangan paling indah dalam perjalananmu.
Tapi jika semesta barumu bisa menghapus semua memori tentangku dengan mudah, maka aku harap kali ini kamu benar-benar tepat.
Menjadikan lubang dalam semestaku untuk hal yang benar-benar kamu mau.

Rotasi dan revolusiku kali ini tidak bisa menutup lubang itu dengan baik, namun dapat mengubahnya menjadi cantik. Jauh lebih cantik.
Tapi tetap tidak akan mengubah arah rotasimu lagi, benar begitu bukan?


Comments

Popular Posts