Ep 03 - Sombrero

Episode 03 - Jakarta 

“Nikah, yuk?”, serumu memecah keheninganku yang sedang mencuil daging ayam yang menggunung di atas pangkuanku. Aku berhenti mengunyah dan memperhatikanmu sambil tersenyum.

“Kamu pasti mau ambil jatah ayam aku, ya?”, balasku.

Dengan terkekeh kamu mengambil sekotak ayam yang sejak tadi bertengger manis di atas pangkuanku.

Aku berdeham dan membersihkan tanganku seraya menatap ke depan. Di luar sana kendaraan hilir mudik bergantian mengisi kekosongan ruang yang disebabkan oleh lampu hijau.

“Kamu siap emang liat muka aku tiap bangun tidur? Aku ini ga secantik crush kamu waktu smp loh. Aku juga ga secantik mantan terakhir kamu.”, balasku meyakinkan.

“Na, kamu ngaco deh. Yaudah ga usah dibahas, lain kali aja kita omongin lagi.”, lalu kamu mengembalikan sekotak penuh ayam itu di pangkuanku.

Aku tersenyum sumringah namun pikiranku melayang jauh. Pada tahun-tahun kehilangan yang membuatku pernah berhenti kembali berharap. Pada hari-hari dimana diri ini tidak lagi meyakini apapun yang ada di bumi.

Pada saat itu ada manusia yang berbeda pernah bertanya padaku, “kok kamu bisa yakin sih sama aku?”. Aku dengan semangat 45 menjelaskan keyakinanku padanya. Hal-hal yang pada nyatanya tidak pula membuatnya yakin padaku. Sebuah angan-angan sendiri yang kuceritakan pada manusia yang tidak lagi menanti.

“Aku tau, Na. Udah ga usah dipikir. Aku masih bisa nunggu kok. Tapi kali ini jangan sendirian, libatin aku di setiap langkah kamu. Kalo kamu terus mau sendirian, gimana caranya aku bisa bantu kamu?”, ucapnya sembari menatapku dalam.

Tuhan benar-benar membayar semua yang patah dengan manusia ini. Laki-laki yang dengan sabarnya menunggu dan menuntunku untuk berdiri. Memapahku selagi aku berdebat dengan egoku sendiri.



Comments

Popular Posts