Ep 02 - Sombrero
Episode 02 - Jakarta
"Kamu mau makan siang apa? Aku kirimin ya? Nanti kamu ga perlu jemput aku, kayaknya aku bakal pulang malem deh, soalnya besok monthly meeting."
"Ok, aku makan sama temen kantor aja. Semangat ya, kabarin aku kalo udah selesai!".
Percakapan singkat sebelum makan
siang hari ini. Aku rasa aku benar-benar menyukai semua rutinitas ini. Memberi
kabar dan tidak menuntut banyak hal. Kita yang saling mengerti untuk menjaga
komunikasi dan belajar untuk percaya di setiap situasi. Aku tersenyum menutup sambungan telepon dan menatap layar
kaca di depan mataku. Hari ini aku harus menyelesaikan banyak hal sebelum esok.
Sekilas terbayang bagaimana kita memulai semua ini.
Waktu itu, aku yang belum juga sembuh dari segala patah yang
baru saja luruh seketika melihatmu di ujung jalan. Seolah tidak asing denganmu
yang bahkan belum pernah aku kenal. Hanya sepintas, karena hatiku saat itu
masih saja mengingat hal lalu.
Aku menggelengkan kepala membuyarkan lamunan itu. Sudah dua
tahun berlalu, bukan waktu yang tepat untuk mengenang yang dulu.
Meregangkan tangan, aku kembali menelusuri pekerjaan yang
membuatku menghabiskan waktu berjam-jam.
“Aku udah selesai, kamu masih lama?”, pesanmu seketika masuk
ke dalam ponselku.
Aku tersenyum. Lagi-lagi aku dengan mudahnya tersenyum
dengan segala hal kecil yang kamu lakukan. Sembari menimbang apakah sudah cukup
apa yang kukerjakan hari ini untuk keperluan esok hari.
“Udah, aku udah selesai. Pulang bareng?”, balasku.
Tanpa menunggu jawabannya, aku merapikan barang-barangku dan
bersiap menunggumu. Mencari tempat makan yang menarik untuk kita jadikan persinggahan
sebelum pulang.
“Katanya pulang malem, kok udah selesai?”, tanyamu seketika
setelah aku duduk dan memasang sabuk.
“Aku tadi ga makan siang, biar cepet selesai.”, kamu menengok
ke arahku dan memegang puncak kepalaku.
“Jangan sampe ga makan gitu, kebiasaan. Sekarang mau makan
apa?”, serumu.
Begitulah selama ini berlangsung. Kamu yang kembali
mengemudikan mobil dan aku mulai berceloteh perihal hariku yang melelahkan. Kamu
sesekali menimpali dan tertawa, bukan hanya diam dan mendengarkan. Aku menatapmu
yang sedang mencari tempat parkir. Rasanya ingin berterima kasih karena telah
menemukanku. Entah kamu mencari atau pada kenyataannya tidak sengaja menemukan,
aku harap semua akan tetap demikian.
Comments
Post a Comment