Skip to main content
04 - Sombrero
Aku tersenyum melihatmu melambaikan tangan dari kejauhan. Perlahan tapi
pasti, aku menghampirimu berdiri. Memijakan kaki di tempat yang penuh dengan
memori. Kali ini kamu merangkulku seraya mengajakku untuk berjalan menyusuri
jalur pejalan kaki.
“Kamu ingat pertama kali kita ke sini ga?”, tanyamu. “Pertama kali kita
bareng ke sini, atau pertama kali kita ketemu di sini?”, balasku. “Pertama
kali ketemu deh, masih inget ga?”. “Ingetlah, orang kamu boro-boro lirik aku
aja engga sama sekali.” Balasku lalu kamu terkekeh. Aku berhenti di depan
toko es krim lalu melupakan kamu yang sedari tadi tersenyum memandangiku.
Memilih es krim mana yang akan aku ambil dan kemudian memutuskan untuk
mengambil dua rasa dan memberikan isyarat untuk kamu membayarnya. Kamu
tertawa dan membayar es krim itu.
Kita kembali menelusuri jalan, kini dengan es krim digenggaman.
“Aku udah siap.” celetukku. Kamu menghentikan langkahmu dan berbalik
menghadapku. Diam dan menerawang ke dalam mataku. “Iya, aku siap itu”,
tambahku. Seolah butuh penjelasan, kamu hanya terdiam dan masih tidak
bergeming. “Aku rasa, berdua akan mempermudah hal yang aku rasa sulit
untuk aku jalani sendiri. Kita belajar sama-sama aja, gimana?” jelasku.
Kamu kemudian tersenyum dan menggenggam tangan mungilku. Mengajakku
kembali berjalan.
“jadi kamu udah siap liat aku setiap bangun tidur, nih?” ledekmu kali ini.
Aku tertawa sambil berlari menjauhimu, “jangan buat aku berubah pikiran
ya!”.
Sepertinya kali ini Tuhan sudah menentukan pilihan, dan aku kini berhasil menemukan pilihan
itu. Terima kasih sudah membuatku kembali berharap, dan percaya bahwa tidak
ada pertemuan yang sekedar kebetulan.
~~~tamat.
Comments
Post a Comment