Manusia Dengan Keinginan yang Muluk
Hai! Lama banget ya aku tidak update kehidupanku di sini, kemarin pun lanjutan cerpen “Sombrero” aku persingkat karena aku lupa kemana arah cerita yang awalnya mau aku buat dalam kisah itu.
Setelah patah hati Februari 2020 kemarin, kali ini kakiku sudah melangkah seperti biasa. Ga lagi-lagi mencari jawaban kenapa manusia itu pergi. Ga lagi menyalahkan diri sendiri dan ga lagi mengutuk diri untuk hal-hal yang terlepas.
Sebelumnya merasa segala alasannya pergi ga masuk akal di kepala, lambat laun aku pun paham juga. Manusia dengan segala jenis harapan. Pun dengan aku.
Dulu manusia itu selalu bersikeras menginginkan manusia yang sesuai dengan isi kepalanya. Aku bilang ga mungkin. Lalu aku marah, “ga mungkin ada manusia yang 100% sama dengan apa yang kamu mau. Jikapun ada, dia pasti punya kekurangan yang ga bisa kamu toleransi.”
Ternyata aku salah. Buktinya kekurangannya dengan bahagia bisa dia terima.
Huh. Asik ya untuk manusia-manusia yang sekarang ga perlu lagi mencari karena sudah sama-sama menemukan. Terdengar menyedihkan banget ya tulisanku itu. Hahahaha ada kok, ada manusia-manusia di sekitarku yang dengan kesadaran diri menyayangiku meskipun aku begini. Tapi lagi-lagi aku merasa bukan dia orangnya. Pernah ga sih ada di dalam kondisi mau mencari yang pas dulu sebelum akhirnya “oke, aku siap”. Tapi kita manusia ini kadang muluk-muluk banget, mau ini mau itu.
Udah lama aku tuh ga minta sama Tuhan untuk didekatkan dengan jodoh yang seperti apa. Kemarin aku sempet ngehubungin bapak yang minta aku cepat pulang karena kalo udah nikah aku akan jadi milik suami, katanya. Lalu aku bantah “pacar aja ga punya, gimana mikirin suami.” Tau jawabannya apa? Katanya gini:
“kalo kamu minta yang sesuai dengan kemauan kamu, ya Tuhan juga susah nyiapinnya. Coba kamu pasrah aja, minta dikasih yang terbaik menurut Tuhan, pasti dikasihnya cepet.”
Bener ya?
Aku juga baru sadar, bahwa kita ini manusia menuntut banyak hal. Apakah diri ini pantas dengan segala tuntutan itu? Rasa-rasanya kok akan selalu ada manusia yang lebih baik dari kita ya.
Tapi semalam aku baru dapat nasihat baik dari seorang sahabat, “kalo liatnya fisik, sampe kapan sih fisik itu bertahan? Toh kalo tua juga ga ngaruh”.
Apa yang sebenernya kita cari ya?
Manusia yang bisa berkomunikasi dengan baik dengan kita?
Manusia yang selera makanannya sama kah?
Manusia yang hobinya sama?
Manusia yang mengerti lelucon kita?
Atau apa?
Aku sendiri ga paham.
Comments
Post a Comment