Patah Hati (lagi) karena Twenty Five Twenty One

Masih belum bisa move on dari ending drama korea Twenty Five Twenty One, Na Hee Do dan Baek Yi Jin. Buat yang belum nonton smapai akhir dan ga suka spoiler boleh diskip ya.
Sebenernya inti ceritanya sangat sederhana, pertemuan dan perpisahan. Hal yang lumrah kita rasain dalam kehidupan sehari-hari. Ga hanya dengan pasangan, tapi juga dengan pertemanan. Sering berada di tempat yang berbeda-beda, aku jelas aware dangan hal ini. Satu waktu aku bisa berada di Bandung, satu waktu aku kembali ke Depok dan satu waktu aku pergi jauh ke Taiwan, sampai akhirnya kembali lagi di Depok. Apa semuanya tetap sama? Jawabannya engga. Jarak dan waktu memang menjadi momok besar dalam sebuah hubungan. Ga semua orang mau menunggu, dan ga semua orang mau bertahan dan tetap menerima. Semakin jauh kita pergi, prioritas juga akan berubah. Bukan karena ga ada lagi cinta, tapi karena memang dalam hidup ada beberapa part yang harus kita selesaikan untuk melanjutkan part lainnya.
Sempet berontak dan nagis ga karuan waktu nonton endingnya semalam, pertanyaan terus bermunculan. "Kenapa ga mendiskusikan dan bertemu di tengah, kan sama-sama tau permasalahannya apa, kekurangannya apa." "Kenapa ga bertahan? Selama ini juga sanggup, kan?" "Kenapa akhirnya ga kembali lagi? Kan ada penyesalan waktu mengakhiri." Sampai akhirnya, "Apa lebih mudah untuk mengikhlaskan untuk berpisah dibanding melanjutkan tapi tidak lagi saling menguatkan?"
Sebagai orang yang pernah berhenti berlari karena jarak dan segala tuntutan, aku sedikit banyaknya mengerti. Dengan segala tanggung jawab dan keinginan untuk memperbaiki dan membantu orang lain, kadang kita menyisihkan orang yang selama ini membuat kita berada di posisi yang sekarang. Dia berhenti menempatkan Hee Do di posisi sebelumnya, menjauhkan segala beban yang nyatanya Hee Do harap bisa dibagi bersama. Bisa saling menguatkan. Namun nyatanya, hal ini tidak pernah bisa terjadi, keinginan untuk selalu menjadi orang yang bisa dibanggakan dari pasangan membuat hubungannya menjadi retak. Rasa tidak memiliki dan dimilki yang akhirnya membuat Hee Do berhenti, karena tau akhirnya pasti akan menyakitkan. Sebelum kenangan indah menjadi pahit, dia berhenti.
Di sini yang aku kurang paham, kenapa ga saling belajar? Kalian tau apa inti permasalahan ini, bisa diperbaiki, perlahan. Kenapa berhenti? Ah, sepertinya aku tau lagi jawabannya. Ini pasti karena dari pada harus belajar dan menyesuaikan keinginan satu sama lain, kalian lebih memilih berhenti dan mencari orang baru yang bisa menerima itu semua, iya bukan? Karena nyatanya memang sulit untuk mengubah orang lain, yang bisa kita tunggu dari orang lain adalah penerimaan. Aku dengar dari mantanku dulu begitu. Mungkin kalian pun begitu.
Ya, benar. Itu salah satu alasan kenapa drama ini terlalu menyesakkan untuk aku pribadi. Walaupun dari sudut pandang lain, kita bisa menemukan bahwa setelah 7 tahun berlalu, mereka menemukan bahagianya masing-masing. Hee Do dengan pasangan barunya menikah dan memiliki anak, dan Baek Yi Jin dengan karirnya yang menanjak. Tiap-tiap kita pasti terbayang akan penyesalan, perandaian yang nyatanya akan selalu menjadi bayangan mimpi tengah malam.
Jawabanya akan tetap sama, mereka akan tetap berpisah. Bukan waktu yang salah, bukan jarak yang terlalu jauh. Tapi memang bukan dia, orangnya. Selamat meenemukan kebahagian, kalian. Kebahagiaan yang membuat kalian mengucapkan terima kasih pada kenangan indah yang dulu dan bersyukur pernah saling menguatkan. Terima kasih sudah mengajarkan aku, bahwa happy ending tidak selamanya harus selalu berakhir bersama.
Special thanks untuk Kim Tae-Ri dan Nam Joo-Hyuk sudah memerankan Na Hee Do dan Baek Yi Jin dengan sangat baik. Kisah nostalgia tentang cinta pertama yang begitu manis dan tidak selalu berakhir bersama sampai akhir. Pendewasaan menjalani hidup yang nyatanya penuh dengan pilihan-pilihan pahit yang memaksa harus dipilih.
*postingan ini dibuat untuk mencurahkan segala hal yang berkecamuk saat menonton episode terakhir Twenty Five Twenty One.

Comments

Popular Posts